Sejarah Desa

Sejarah Desa

Menurut warih nan bajawek/ warih dari Tama DT Mangun Tuo Penduduk asli Nagari Kurai  berasal dari Luak Agam yang pada mulanya dibawa oleh 4 orang kepala Kaum yang bergelar DT MOMAT. DT MALAKO, DT JAMBEK DAN DT MARAJO POBO. Karena pertambahan anak kemenakan yang begitu banyak dan mengakibatkan kekurangan dari segala hal, baik perumahan maupun lahan untuk sawah dan ladang, berdasarkan hal tersebut hasil musyawarah dari 4 kepala kaum itu, memutuskan untuk hijrah (pindah) untuk mencari daerah baru.

Bertolak dari daerah Agam tepatnya dari daerah Kamang, melalui daerah Tarusan dengan bersusah payah mendaki Gunung dan menuruni lurah dalam hutan akhirnya menemui suatu daerah (tempat) yang dapat dijadikan tempat istirahat yang diberi nama Soriak Lompatan.

Di daerah Soriak Lompatan ini mereka mengadakan musyawarah bersama, yang beralaskan Batu. Musyawarah tersebut menghasilkan keputusan:

  1. Dt Jambek menuju daerah Kubang
  2. Dt Marajo Pobo ke daerah Sungai Rimbang
  3. Dt Tumomat kembali ke Agam
  4. Dt Malako dipercaya untuk mengurus kemenakan yang Tiga Balai

Berdasarkan amanah dari Dt Jambek, Dt Marajo Pobo dan Dt Tumomat maka Dt Malako menarik kesimpulan, untuk bermusyawarah kembali yang menghasilkan keputusan anggota dibagi 3 bagian, sebagian tinggal di Soriak Lompatan Balai Batu, sebagian lagi dibawa ke Atas Koto.

Di daerah Atas Koto inilah membuat perumahan untuk perkampungan, karena perkembangan (pertambahan) anak kemenakan yang makin banyak sehingga daya tampung untuk hidup tidak lagi memadai untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibutuhkan musyawarah lagi, dimana musyawarah tersebut menghasilkan keputusan untuk mencari daerah baru.

Daerah baru yang mereka tuju yaitu daerah yang rendah yang ada sungainya ( batang airnya). Di daerah baru ini mereka juga membuat perumahan penduduk untuk perkampungan yang diberi nama Koto Baru. Dan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mereka banyak menemui kendala karena serba sulit. Oleh karena itu timbul pikiran baru untuk menukar nama Koto Baru menjadi Suliki.

Koto Baru sudah merupakan suatu perkampungan, dari sinilah mulanya berusaha untuk menconcang latiah (memuat), membangun sawah  ke daerah barunya. Sawah-sawah yang baru dibuat itu dinamakan Roto Tuo oleh karena tuntunan zaman/ perkembangan masa tumbuh keinginan untuk menukar nama dari beberapa anggota masyarakat, keinginan untuk menukar nama itu dimusyawarahkan bersama yang menghasilkan keputusan untuk menukar nama dari Roto Tuo menjadi Koto Tuo.

Selesai memuat/ membangun sawah-sawah baru timbullah keinginan untuk membuat lagi suatu perkampungan baru, dalam usaha membuat perkampungan itu bertemulah dengan sebatang kayu besar yang bernama kayu Kurai, setelah hal-hal yang dibutuhkan masyarakat dibangun, barulah tumbuh pikiran baru untuk membangun Balai Adat untuk tempat bermusyawarah yang tertentu, setelah selesai membangun Balai ini kemudian perkampungan yang baru ini telah mempunyai labuah jo tapian, balai jo musajik sebagai persyaratan untuk menjadi suatu Nagari. Dengan kata sepakat bulek sagolek, picak salayang, untuk memberi nama Nagari dengan nama kayu yaitu Kurai. Sampai sekarang masih bernama Nagari Kurai.

Sejak berdirinya Nagari Kurai telah memiliki beberapa Wali Nagari sebagai berikut:

Daftar Nama-Nama Wali Nagari Kurai

NO

NAMA

TAHUN

ALAMAT

1

Bakhtiar Panduko Rajo

1988-1991

Mudiak Liki

2

Endri Wijaya

1991-2009

Kurai

3

Aswir B Dt Tanah Bosa

2009-2014

Kurai

4

Zaimar Hakim

2014-2016

Sungai Antuan

5

Ariusni Dt Pangka B

2016-2021

Botuang

 

Share: